Halo semuanya!

Maaf sekali, sharing saya kali ini agak tertunda dari edisi pertama. Beberapa kesibukan dan pekerjaan harus saya selesaikan, termasuk perjalanan ke Flobamora Film Festival di Kupang, NTT, seminggu yang lalu.

Oke, kali ini saya akan menjawab pertanyaan dari @.beges di server Discord Studio Antelope seputar tips & trik memulai bisnis di industri film! Terima kasih sudah mengajukan pertanyaan yang sangat bagus. Saya akan coba berbagi beberapa tips dan trik berdasarkan pengalaman pribadi saya dalam merambah ke dunia bisnis film. Mungkin kamu belum tahu, tapi saya sendiri bisa dibilang belum terlalu lama merambah ke dunia bisnis film. Studio Antelope yang saya dirikan tahun 2011 awalnya hanyalah komunitas film, tempat berkumpulnya anak-anak dari berbagai kampus yang suka membuat film. Setelah lulus, kami semua berpencar dan akhirnya tinggal hanya saya dan Florence Giovani yang bertahan. Dari situ, kami mulai berpikir untuk menjadikan Studio Antelope sebagai bisnis yang lebih serius, meski waktu itu kami masih belum tahu caranya.

Tentang berbisnis di industri film.
Foto kantor Studio Antelope, yang merupakan bekas gudang kain milik keluarga saya.

Setelah mendirikan PT Studio Antelope Indonesia, tekanan untuk menjalankan komunitas yang kini telah menjadi perusahaan semakin besar. Kami mulai dengan memperkuat hubungan dengan klien-klien yang sudah ada, yang sebagian besar berasal dari kalangan korporasi menengah. Pada saat itu, kami masih banyak melakukan pekerjaan seperti foto dan video dokumentasi, meski sudah mulai mengurangi pekerjaan di luar lingkup tersebut.

Beruntungnya, kami tidak berhenti membuat film, dan reputasi kami sebagai produser konten audiovisual semakin kuat. Pelan-pelan, skala proyek kami meningkat dari belasan juta, menjadi puluhan juta, dan akhirnya mencapai ratusan juta dalam kurun waktu tiga tahun. Dari pengalaman ini, berikut beberapa tips yang bisa saya bagikan untuk memulai bisnis di dunia film:

1. Mulai dari yang Kecil

Memulai dari yang kecil adalah strategi yang sangat penting, terutama ketika kamu baru merambah ke dunia bisnis film. Pada awalnya, saya juga tidak memiliki banyak koneksi atau pengalaman di industri ini. Studio Antelope lahir sebagai sebuah komunitas kecil yang terdiri dari teman-teman kuliah yang suka membuat film. Kami semua datang dari kampus yang berbeda, dan setelah lulus, kami terpencar. Ketika tinggal hanya berdua, saya dan Florence Giovani, kami mulai berpikir untuk mengubah komunitas ini menjadi bisnis yang serius, tetapi kami belum tahu bagaimana caranya.

Saat itu, pilihan kami sangat terbatas. Kami memulai dengan mengerjakan proyek-proyek kecil yang datang kepada kami, seperti foto dan video dokumentasi, desain grafis, bahkan membuat website. Ini bukanlah proyek-proyek yang besar, tetapi itu adalah langkah awal yang realistis bagi kami. Mulai dari yang kecil memberi kami ruang untuk belajar, membuat kesalahan, dan menemukan cara yang efektif untuk menjalankan bisnis tanpa tekanan yang terlalu besar.

Dalam prosesnya, kami mulai membangun reputasi kami perlahan-lahan. Seiring waktu, kami mendapatkan lebih banyak kepercayaan dari klien dan mampu mengambil proyek yang lebih besar. Ini adalah proses yang bertahap, tetapi sangat penting untuk membangun fondasi yang kuat. Jika kamu mencoba untuk terlalu cepat mengambil proyek besar atau terlalu banyak dalam satu waktu, kamu mungkin akan kewalahan dan membuat kesalahan yang bisa menghambat perkembangan bisnis kamu di masa depan.

Jadi, intinya adalah jangan terburu-buru. Mulai dari apa yang bisa kamu capai sekarang, kembangkan kemampuan kamu secara bertahap, dan biarkan rekam jejakmu sebagai filmmaker tumbuh seiring dengan perkembangan rumah produksi kamu.

2. Alasan di Balik Bisnis

Memulai bisnis di industri film bukanlah hal yang mudah, dan tanpa alasan yang kuat di baliknya, kamu mungkin akan kesulitan untuk bertahan. Saya sudah melihat banyak teman yang ingin berkecimpung di bisnis film, namun seiring berjalannya waktu, mereka berpindah ke industri lain seperti periklanan yang lebih stabil dan memberikan pendapatan yang lebih cepat.

Meskipun tidak ada yang salah dengan industri iklan, tetap saja, jika tujuan awal kamu adalah membuat film, kamu perlu memiliki alasan yang kuat untuk tetap berada di jalur itu.

Tujuan saya membuat Studio Antelope adalah menciptakan support system untuk saya dan teman-teman pekerja kreatif.

Passion dan cinta terhadap film adalah bahan bakar yang akan menjaga kamu tetap berada di jalur ini, terutama saat menghadapi tantangan besar. Industri film, terutama di tahap awal, sering kali penuh dengan ketidakpastian dan momen-momen patah hati. Dari pengumpulan dana yang sulit, proyek yang tidak terwujud, hingga kritik terhadap karya kamu, semuanya bisa sangat menantang. Tanpa modal passion yang kuat, kamu mungkin akan tergoda untuk berpindah ke jalur yang lebih aman. Namun, jika film benar-benar adalah panggilan hidupmu, alasan itu akan cukup kuat untuk membuat kamu terus maju meskipun tantangan yang ada.

3. Jangan Berkembang Terlalu Cepat

Di era startup, sering kita mendengar kisah-kisah tentang perusahaan yang berkembang pesat dengan bantuan investasi dari pihak luar. Mulai dari tim kecil beranggotakan dua orang, hingga menjadi perusahaan besar dengan puluhan atau bahkan ratusan karyawan dalam waktu singkat. Cerita-cerita ini tentu menginspirasi, tetapi mereka juga bisa menyesatkan jika kamu tidak memperhatikan dasar-dasar yang perlu dibangun terlebih dahulu.

Berkembang terlalu cepat tanpa fondasi yang kuat bisa menjadi bumerang. Kamu mungkin akan menghadapi tekanan yang terlalu besar, masalah manajemen, atau bahkan kesulitan keuangan karena operasi yang tumbuh lebih cepat dari pendapatan. Dalam bisnis film, penting untuk membangun support system yang solid, baik bagi diri sendiri maupun bagi tim kamu. Support system ini termasuk tim yang bisa diandalkan, prosedur yang efisien, dan pemahaman yang mendalam tentang pasar. Lebih baik berkembang secara perlahan tapi pasti, daripada terlalu cepat dan akhirnya tidak mampu mengatasi tantangan yang muncul.

4. Cari Partner dengan Skill Set yang Berbeda

Mengelola bisnis film sendirian memang mungkin, tetapi itu adalah jalan yang penuh dengan tantangan. Saya pribadi merasa bahwa memiliki partner yang memiliki skill set yang berbeda sangat penting. Ketika saya dan Florence Giovani memulai Studio Antelope, kami memiliki skill set yang saling melengkapi. Saya lebih fokus pada aspek kreatif, sementara Florence lebih unggul dalam hal administrasi dan keuangan. Ini adalah kombinasi yang sempurna karena kami bisa saling mengisi kekurangan masing-masing.

Mencari partner dengan skill set yang sama dengan kamu mungkin terasa nyaman, tetapi itu tidak akan memberikan nilai tambah yang signifikan. Misalnya, jika dua orang dalam tim sama-sama fokus pada aspek kreatif tetapi tidak ada yang bisa menangani keuangan, maka bisnis tersebut akan mengalami kesulitan dalam pengelolaan dana. Oleh karena itu, pastikan partner kamu memiliki keahlian yang berbeda sehingga kalian bisa saling melengkapi dan memperkuat bisnis.

5. Rekam Jejak Kamu = Rekam Jejak Perusahaan

Di dunia film, reputasi PH sering kali melekat erat dengan reputasi filmmaker pendirinya. Ini karena film adalah bisnis yang didasari oleh selera, dan selera tersebut sangat dipengaruhi oleh pengalaman dan karya pribadi seorang filmmaker. Contohnya, Mira Lesmana dengan Miles Films atau Angga Sasongko dengan Visinema. Di bidang lain, mungkin reputasi perusahaan lebih terpisah dari pendirinya, tetapi dalam film, ini menjadi lebih istimewa.

Sebagai contoh, saya pribadi menyukai film-film non-linear dan non-naratif di awal karir saya. Saya membuat beberapa film seperti “Territorial Pissings”, “Langit Masih Gemuruh”, dan “Seserahan” yang mencerminkan selera pribadi saya. Namun, saya menyadari bahwa film-film seperti ini mungkin tidak membantu Studio Antelope untuk menargetkan industri film yang lebih naratif. Oleh karena itu, sejak 2016, saya mengubah arah karir saya untuk membuat film-film yang lebih naratif dan accessible, seperti “Balik Jakarta” dan “Elegi Melodi”. Ini adalah contoh bagaimana rekam jejak pribadi kamu sebagai filmmaker bisa mempengaruhi arah dan reputasi perusahaan kamu.

Di tahap awal, tidak apa-apa jika rekam jejak perusahaan sangat bergantung pada rekam jejak pribadi kamu. Namun, seiring berjalannya waktu, kamu juga perlu memastikan bahwa perusahaan kamu bisa berdiri sendiri tanpa terlalu bergantung pada satu individu. Ini adalah proses yang membutuhkan waktu, tetapi sangat penting untuk kelangsungan bisnis di jangka panjang.

Beberapa poster karya Studio Antelope yang dipajang di lobi kantor Studio Antelope.

6. Pikirkan Pendapatan

Terakhir, namun tidak kalah penting, adalah aspek keuangan dari bisnis kamu. Namanya bisnis tentu harus ada perputaran uang. Ketika Studio Antelope baru berdiri sebagai perusahaan, sebagian besar proyek kami memiliki budget yang relatif kecil, sekitar belasan hingga puluhan juta. Pada saat itu, biaya operasi kami masih rendah, jadi ini masih bisa diterima. Namun, seiring berjalannya waktu, kami harus mulai memikirkan bagaimana perusahaan bisa mendapatkan keuntungan yang cukup untuk terus berkembang.

Penting untuk selalu menganggap perusahaan produksi sebagai entitas yang terpisah dari diri kamu sendiri. Artinya, selain fee untuk pekerjaan yang kamu lakukan, perusahaan juga harus mendapatkan keuntungan dari setiap proyek yang dikerjakan. Dengan cara ini, perusahaan bisa tumbuh secara finansial dan mampu mendanai proyek-proyek yang lebih besar di masa depan.

Jadi, sebelum merambah ke bisnis film, pastikan kamu sudah memiliki rencana yang matang tentang bagaimana perusahaan akan menghasilkan pendapatan dan bagaimana keuntungan tersebut akan dikelola. Ini adalah aspek yang sering kali diabaikan oleh filmmaker yang lebih fokus pada aspek kreatif, tetapi sangat penting untuk kelangsungan bisnis.

Semoga tips ini bisa membantu kamu dalam merencanakan langkah-langkah sebelum merambah ke dunia bisnis film. Kalau ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk tanya lagi, ya! Oh ya, saya juga terbuka jika ada pertanyaan atau topik tertentu yang ingin kita bahas bersama, jadi jangan ragu untuk menuliskannya di bawah.


Catatan: Tulisan ini pertama kali dibagikan di server Discord Studio Antelope, tempat saya sering berbagi. Jika kamu tertarik dengan topik-topik yang saya bahas, silakan bergabung.