Halo semuanya!
Sesuai janji kemarin, saya akan mencoba lebih sering berbagi pengalaman di server Discord ini. Saya sengaja buatkan satu channel khusus supaya arsipnya tersimpan rapi.
Mungkin belum banyak yang tahu kalau saya sudah tidak aktif di Instagram lagi sejak dua tahun yang lalu. Oleh karena itu, server Discord ini akan menjadi tempat utama saya untuk sharing.
Pembahasan pertama ini saya mau jawab pertanyaan dari NF (@nf3196) soal, “Bagaimana kami sebagai filmmakers independen bisa berkolaborasi dengan production house yang ada sekarang?”
Sebelum sampai ke sana, ada baiknya saya share sedikit tentang perbedaan antara PH dan studio film, serta cara kerja industri film di Indonesia. PH, atau production house, adalah pihak yang memproduksi film. Film yang diproduksi PH bisa jadi adalah film yang mereka kembangkan sendiri, atau film yang ditugaskan oleh pihak lain (studio). Studio film adalah pihak yang mengelola dana investasi film, dan biasanya mereka menugaskan PH untuk memproduksi sebuah film. Studio juga biasanya menangani pengembangan ide, pembelian lisensi IP, pendanaan, hingga distribusi film. Contoh studio di Indonesia adalah MD Entertainment, Starvision, MVP, Falcon, BASE Entertainment, Visinema, IDN Pictures, dll. Sedangkan contoh PH adalah Studio Antelope, KawanKawan Media, Palari Films, Relate Films, Talamedia, Imajinari, Miles Films (sepertinya mulai tahun ini mereka mau mengubah format menjadi studio), dll.
Namun, kenyataannya tidak sehitam putih itu. Di Indonesia, mungkin yang posisinya jelas sebagai studio adalah Falcon, MD, dan MVP. Sementara yang lain, masih rancu karena juga menjalankan fungsi produksi. Contohnya, Visinema punya Visinema Pictures dan Visinema Content (keduanya adalah PH). Beberapa PH seperti Palari Films, Imajinari, Miles Films, dll juga menjalankan peran lain seperti membeli & mengelola IP, mencari investasi film, dan mendistribusikan film. Jadi, sangat mungkin saja menjalani keduanya.
Kembali ke topik, idealnya sebagai PH independen, lebih enak bekerjasama langsung dengan studio film. Kenapa? Karena mereka sudah memiliki modal yang dikelola untuk dijadikan film. Jika kamu pitch cerita ke PH lain, kemungkinan besar mereka belum memegang modal produksi dan akan mencari investasi lagi, yang bisa memakan waktu. Namun, kekurangannya bekerja dengan studio adalah keterbatasan kreatif karena mereka ‘yang punya uang’ dan kadang merasa memiliki film tersebut, meskipun ceritanya adalah cerita asli kamu.
Nah, jika kamu adalah pembuat film independen (tidak memiliki PH), maka idealnya kamu pitch dulu ke PH yang cocok dengan kamu. Biasanya, PH itu akan mengumpulkan beberapa ide untuk kemudian dipitch ke studio. Namun bisa saja ide kamu diambil oleh PH tersebut, tapi ditolak oleh studio yang dipitch. Seperti yang saya bilang di paragraf sebelumnya, memang memakan waktu. Lalu, kenapa tidak pitch langsung ke studio? Bisa saja dan mungkin saja ide kamu dipilih. Namun, jika kamu tidak punya PH, maka studio itu yang akan ‘menjodohkan’ kamu dengan PH pilihan mereka. Bisa cocok dengan kamu, tapi bisa juga tidak.
Dari pengalaman saya sendiri, film panjang pertama saya ‘Akhirat: A Love Story’ adalah film yang bekerjasama dengan studio (BASE Entertainment). Studio Antelope sebagai PH-nya yang mengeksekusi produksi, sementara BASE melakukan fungsi pembelian IP, pendanaan, dan distribusi film ke bioskop. Prosesnya adalah, saya pitch cerita ke studio (BASE), lalu mereka memilih ide saya untuk salah satu slate mereka di tahun itu. Buat yang belum tahu, slate adalah serangkaian film yang akan diproduksi oleh satu studio dalam kurun waktu tertentu.

Kalau soal pertanyaan kamu, jujur, saya baru punya privilese untuk menghubungi atau dihubungi untuk bekerjasama dengan PH atau studio setelah hampir 10 tahun berkecimpung di film pendek. Saya bikin film pendek pertama tahun 2007 dan baru mulai kenal orang-orang di industri film sekitar 2019. Apakah itu terlalu lama? Mungkin, tapi poin saya adalah butuh waktu untuk membuat orang percaya dengan kamu dan apa yang kamu kerjakan. Saya juga belum kenal semua orang di industri ini, masih banyak yang ingin saya kenal tapi belum dapat kesempatan.
Dari mana saya kenal orang-orang industri film? Saya bisa ambil contoh bagaimana saya kenal dengan Mbak Shanty Harmayn (CEO BASE Entertainment, produser senior). Saya kenal dari mutual friends, Mas Aoura Chandra (salah satu pendiri BASE Entertainment juga) yang waktu itu kerja bareng saya untuk sebuah web series untuk brand Wardah. Tahun 2016, saya sempat belok sedikit ke industri iklan dan bikin web series untuk Wardah. Dari situ, kami ngobrol dan akhirnya cerita soal film. Ketika mereka bikin BASE Entertainment, saya minta waktu untuk pitch ide film saya.
Dari mana saya bisa kenal Mas Aoura Chandra? Jawabannya dari film pendek. Mas Aoura dulu adalah CEO Muvila (majalah online film) dan mengadakan JIFFEST lagi setelah sekian tahun mati suri. Kebetulan film saya diputar di JIFFEST dan dia menonton film pendek saya yang berjudul ‘Seserahan’. Jadi, pintu masuk pertama saya adalah film pendek.
Mungkin terdengar kebetulan, tapi saya juga sering dengar teman-teman saya masuk ke industri film lewat film pendeknya. Ada yang diajak magang dan kerja di PH terkenal, dan dikasih kesempatan bikin film karena mereka suka film pendek yang dibuatnya. Ada juga yang lebih berliku, berawal dari film pendek, lalu ditawari menjadi tim kreatif untuk proyek-proyek iklan, sebelum akhirnya reputasinya terbangun, dan menjadi sutradara film bioskop.

Kesimpulannya, pintu masuk untuk berkolaborasi dengan PH/Studio adalah body of works. Bisa film pendek, web series, atau iklan yang kamu kerjakan. Intinya, body of work itu yang jadi pintu masuk. Mereka harus tahu kamu dulu lewat karya-karyamu, dan itu butuh waktu. Cara memperkenalkan diri di industri film adalah lewat film kamu. Idealnya, mereka harus kenal karya kamu lebih dulu dari pada kamu sebagai pembuatnya.
Terus, bagaimana cara menghubungi PH dan studio? Cold email (email tanpa pengantar) biasanya diabaikan. Email baru efektif jika kamu sudah berkenalan dengan orang dari PH atau studio tersebut secara offline. Orang tersebut tidak harus pembuat keputusan langsung (CEO, Head Department, dll), tapi bisa staff yang lebih junior. Siapapun dari PH atau studio tersebut akan lebih efektif daripada cold email. Lalu, gimana caranya bertemu dan berkenalan dengan mereka? Jawabannya adalah festival film, manfaatkan momen networking (sekarang festival film seperti JAFF selalu ada acara networking night, film lab, incubator). Aktif datang dan ikuti acara seperti itu.
Selain itu, jangan takut untuk memanfaatkan platform online seperti LinkedIn untuk membangun koneksi. Banyak profesional industri film yang aktif di sana, dan kamu bisa mulai dengan mengikuti, mengomentari, dan berinteraksi dengan konten mereka. Ini bisa membuka pintu untuk perkenalan yang lebih personal di kemudian hari.
Terakhir, jangan lupa untuk selalu mengembangkan diri dan terus berkarya. Industri film sangat kompetitif, dan kualitas karya yang konsisten adalah kunci untuk menarik perhatian para profesional. Jangan ragu untuk mengambil kesempatan yang datang, meskipun itu kelihatannya project ‘kecil’. Dan kalau kesempatan itu datang, berikan yang terbaik. Semoga membantu teman-teman yang punya pertanyaan yang sama dengan NF.
Buat yang ada pertanyaan seputar topik ini, silakan ditulis di bawah, saya jawab sebisanya 🙂
Catatan: Tulisan ini pertama kali dibagikan di server Discord Studio Antelope, tempat saya sering berbagi. Jika kamu tertarik dengan topik-topik yang saya bahas, silakan bergabung.